Selasa, 26 Februari 2013

cerita hikmah TIGA EKOR ANAK KUCING



Suatu sore, anak-anak di kampung tambak sedang asyik bermain bola di gang.  Tiba-tiba hujan turun dengan derasnya. Secepat kilat mereka pun berhamburan untuk berteduh. Tiga anak lari ke teras rumah Pak Jaelani, Mereka adalah Sokran, Rombeng, dan Thole. Di teras rumah pak Jaelani ternyata sudah ada 3 ekor anak kucing yang sudah lebih dulu berteduh. Ketiga anak kucing itu basah kuyup sama seperti Sokran, Thole, dan Rombeng.


Ketiganya merasa kasihan dengan anak-anak kucing yang mulai menggigil itu. Mereka ingin sekali menolongnya. Akhirnya mereka sepakat untuk merawat masing-masing satu. Sebelum membawa pulang, mereka memberi nama kucing-kucing mereka. Sokran memberi nama Moli; Rombeng memberi nama Joni, dan Thole menamai kucingnya Anjie.


Satu tahun lewat sudah. Kucing-kucing tersebut bertambah besar...
Thole membesarkan kucingnya dengan sangat manja. Diajarin e’e di kamar mandi, dimandiin, disisirin, didandani, diberi parfum, bahkan diberi makan secara rutin di tempat khusus. Tidak tanggung-tanggung: Si Anjie disuapin!!!. Maklum, Anjie ini kucing cewek.


Berbeda dengan Thole, Rombeng mengajari kucingnya berburu tikus. Tiap hari dan tiap saat, jika Rombeng sempat, Si Joni diajari menangkap tikus, sehingga Joni menjadi pemburu yang handal. Maklum, di rumah Rombeng banyak sekali Tikus, jadi Rombeng memanfaatkan kucingnya untuk membasmi tikus. Agar disiplin, Rombeng mengajarinya dengan sangat keras. Jika satu malam tidak dapat tikus, maka Si Joni pun dihukum: mulai dari dipukul hingga diguyur air ledeng. Mungkin Rombeng ini cita-citanya mau jadi tentara.


Sokran seolah cuek dengan kucingnya. Si kucing tumbuh dewasa secara alami. Ia kadang bermain dan mencari makan di rumah, dan kadang-kadang keluyuran ke luar rumah dan baru pulang beberapa hari kemudian. Si Moli tumbuh menjadi kucing yang sedikit liar tetapi selalu tahu jalan pulang ke rumah. Meski nampak Cu’ek, tapi Sokran sangat sayang sama kucingnya. Sokran mendidik kucing menjadi kucing apa adanya yang siap menjalani hidup mandiri sesuai kebutuhan dan keinginannya.


 MENURUT KALIAN, gaya MENDIDIK anak KUCING yang MANA yang paling oke?


Suatu hari di Thole pergi kemping dengan teman-temannya, termasuk Soklan dan Rombeng. Ia sangat gembira. Sayang kegembiraan itu hanya sesaat, karena setibanya di rumah ia mendapati Si Anjie dalam keadaan sekarat. Ternyata kucingnya kelaparan karena tidak bisa makan dan e’e sendiri.... Dua jam dalam pelukan Thole, kucing malang itu pun akhirnya menghembuskan nafas terakir. Kasihan... Tragis!!


Rombeng yang juga pulang dari kemping mendapati  Si Joni dirumahnya tampak sedang stress. Rombeng pun ikut panik melihat kucingnya bertingkah aneh. Si Joni jadi agresif, Semua benda hitam yang melintas di depannya disergapnya. Kusen-kusen pintu lecet dicakarinya. Bahkan sofa kesayangan ibunya Rombeng terkoyak kena cakaran Si Joni yang sedang beranjak dewasa. 


Usut punya usut, Si Joni kehabisan tikus untuk diburu. Rumah Rombeng sudah bersih dari tikus karena saban hari diburu dan dimakan Si Joni. Pantesan... Sementara itu, Si Joni tidak bisa makan nasi dan ikan, karena dari semenjak kecil ia biasa makan tikus. ”Kalau bukan tikus bukan makan namanya”, begitu kata Si Joni. Sama seperti kita, kalau belum makan nasi belum makan rasanya...


Bagaimana dengan kucingnya Sokran?? Wah, menurut kabar, ia telah menghamili kucing tetangga....
Oalah,…Sokran,..Sokran,..



Tidak ada komentar:

Posting Komentar